LINDUNGI BUMI KITA

“Stop Global Warming”. Kata
inilah yang saat ini sedang marak-maraknya digemborkan masyarakat untuk
saling menyadarkan bahwa pemanasan global yang terjadi di bumi ini telah
dan akan menimbulkan dampak yang sangat merugikan bagi seluruh makhluk
yang hidup di dalamnya. Pemanasan global (global warming) pada dasarnya merupakan fenomena peningkatan temperatur global dari tahun ke tahun karena terjadinya efek rumah kaca (greenhouse effect)
yang disebabkan oleh meningkatnya emisi gas-gas seperti karbondioksida
(CO2), metana (CH4), dinitrooksida (N2O) dan CFC sehingga energi
matahari terperangkap dalam atmosfer bumi. Berbagai literatur
menunjukkan kenaikan temperatur global – termasuk Indonesia – yang
terjadi pada kisaran 1,5–40 Celcius pada akhir abad 21. Efek rumah kaca
itu sendiri, seharusnya merupakan efek yang alamiah untuk menjaga
temperatur permukaaan Bumi berada pada temperatur normal, sekitar 30°C.
Jika tidak, tentu saja tidak akan ada kehidupan di muka Bumi ini.
Lalu, siapa yang benarnya menyebabkan
terjadinya efek rumah kaca ini? Perlu kerja-sama internasional untuk
bisa mengatakan bahwa memang manusia-lah yang menjadi penyebab utama terjadinya pemanasan global. Laporan IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change)
tahun 2007, menunjukkan bahwa secara rata-rata global aktivitas manusia
semenjak 1750 menyebabkan adanya pemanasan. Perubahan kelimpahan gas
rumah kaca dan aerosol akibat radiasi Matahari dan keseluruhan permukaan
Bumi mempengaruhi keseimbangan energi sistem iklim. Dalam besaran yang
dinyatakan sebagai Radiative Forcing sebagai alat ukur apakah
iklim global menjadi panas atau dingin (warna merah menyatakan nilai
positif atau menyebabkan menjadi lebih hangat, dan biru kebalikannya),
maka ditemukan bahwa akibat kegiatan manusia-lah (antropogenik) yang
menjadi pendorong utama terjadinya pemanasan global.
Berbagai sektor yang memberikan
kontribusi besar terhadap perubahan iklim secara berturut-turut adalah
fungsi lahan, energi (termasuk transportasi, listrik, dan industri),
sampah, serta pertanian. Konsumsi dan gaya hidup masyarakat di kota-kota
besar membuat sektor-sektor ini berupaya memenuhi kebutuhan mereka.
Namun, yang merasakan dampak dari terjadinya perubahan iklim adalah
masyarakat golongan ekonomi ke bawah dan masyarakat yang tinggal di
pesisir pantai. Hal ini merupakan ketidak adilan sosial yang diakibatkan
perubahan iklim. Oleh karena itu, kesadaran untuk menerapkan gaya hidup
yang ramah lingkungan harus segera dilakukan guna menjaga kadar gas
rumah kaca di atmosfer.
Pemanasan global mengakibatkan dampak
yang luas dan serius bagi lingkungan bio-geofisik (seperti pelelehan es
di kutub, kenaikan muka air laut, perluasan gurun pasir, peningkatan
hujan dan banjir, banjir dan kekeringan terjadi secara bersamaan,
perubahan iklim, punahnya flora dan fauna tertentu, migrasi fauna dan
hama penyakit, dsb). Sedangkan dampak bagi aktivitas sosial-ekonomi
masyarakat meliputi : (a) gangguan terhadap fungsi kawasan pesisir dan
kota pantai, (b) gangguan terhadap fungsi prasarana dan sarana seperti
jaringan jalan, pelabuhan dan bandara (c) gangguan terhadap permukiman
penduduk, (d) pengurangan produktivitas lahan pertanian, (e) peningkatan
resiko kanker dan wabah penyakit, dsb). Dampak global warming
yang nyata di Indonesia adalah perubahan iklim. Dalam prosesnya,
perubahan iklim terjadi sangat lamban sehingga dampaknya tak langsung
dirasakan saat ini, namun akan terasa bagi generasi mendatang. Dan
ketika perubahan iklim telah terjadi, tak satu upaya pun yang dapat
dilakukan untuk mengembalikan kondisi ke keadaan semula. Karena itu,
global warming merupakan masalah yang harus segera ditangani.
Menanggapi hal tersebut, kini kiranya
kita sebagai umat manusia di bumi ini menyadari akan keadaan buruk yang
menimpa rumah hidup kita dengan menanamkan prinsip “Stop Global Warming”
kepada para generasi muda yang nantinya akan hidup di masa depan.
Edukasi dan inovasi kehidupan perlu kita lakukan agar pemanasan global
setidaknya dapat berkurang dengan mulai mencintai lingkungan alam yang
ada di sekitar kita. Pemerintah kita rupanya juga telah menerapkan
prinsip ini dengan berusaha menurunkan angka tingkat emisi hingga 26
persen. Hal ini tentunya sesuai dengan dampak perubahan iklim serta
pemanasan global yang semakin berat dirasakan oleh jutaan umat di dunia.
Selain itu, pemerintah juga akan melakukan pengolahan limbah industri
dan efisiensi energi baru untuk mengurangi dampak global warming.
Untuk kita sendiri, secara sederhana dapat memulainya dengan menanam
pohon disekitar tempat tinggal, setidaknya hal tersebut dapat menyerap
Karbondioksida berlebih dan menghasilkan Oksigen agar dapat menciptakan
udara yang sejuk dan menenangkan di lingkungan hidup kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar